a. Zaman Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan, sungai memiliki peran yang
penting, yaitu dengan cara menyusuri sungai mereka bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lain untuk mencari makanan. Namun, pada masa ini
manusia purba belum mengenal alat pelayaran sungai.
Pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan mereka belum mengenal cara
memasak makanan, karena mereka belum mengenal bagaimana menggunakan
periuk belanga, yang dibuktikan dari Peninggalan-peninggalan mereka.
Untuk memasak makanan diperlukan api, namun kita belum mengetahui dengan
pasti sejak kapan manusia prasejarah mulai menggunakan api dalam
kehidupannya. Api mula-mula dikenal dari gejala alam, misalnya percikan
gunung berapi, kebakaran hutan yang kering ditimbulkan oleh halilintar
atau nyala api yang bersumber dari dalam bumi, karena mengandung gas.
Secara lambat laun mereka dapat menyalakan api dengan cara menggosokkan
batu dengan batu yang mengandung unsur besi, sehingga menimbulkan
percikan api. Percikan-percikan api ditampung dengan semacam lumut
kering, sehingga terjadi bara api.
b. Zaman Bercocok TanamPada
masa bercocok tanam, manusia purba sudah melakukan usaha pertanian
secara berpindah-pindah menurut kesuburan tanah. Pertanian berbentuk
perladangan dengan cara membakar hutan terlebih dahulu,
kemudian
dibersihkan dan ditebarkan benih-benih tanaman. Tumbuh-tumbuhan yang
mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan
biji-bijian seperti jawawut, jenis padi, dan sebagainya. Adanya kegiatan
bercocok tanam ini didasarkan pada beberapa temuan di kawasan Asia
Tenggara. Orang-orang di Asia Tenggara sudah menemukan suatu bentuk
pertanian sederhana, yaitu pertanian ladang atau perladangan. Di Asia
Tenggara sistem perladangan berpindah sudah dilakukan manusia pada masa
akhir Pletosen atau kira-kira 9000 tahun Sebelum Masehi. Cara manusia
bercocok tanam pada sistem perladangan adalah pertama-tama mereka
menebang hutan lalu membakar ranting ranting, daun, dan pohonnya.
Sesudah dibersihkan baru mereka menanam sejenis umbi-umbian. Setelah
masa panen, mereka akan meninggalkan tempat itu dan mencari tempat yang
baru dengan cara yang sama, yakni tebang dan bakar. Oleh karena itu,
sistem perladangan ini disebut flash and burn yang artinya tebang dan
bakar.Cara bercocok tanam pada masa bercocok tanam adalah dengan
berhuma, yaitu dengan menebangi hutan dan menanaminya. Dengan pengolahan
tanah yang sangat sederhana, mereka menanami ladang itu dengan kedelai,
ketela pohon atau ubi jalar. Kalau ladang yang mereka tanami mulai
berkurang kesuburannya, mereka membuka ladang baru dengan cara menebang
dan membakar bagian-bagian hutan yang lain. Alat-alat yang digunakan
pada masa bercocok tanam masih terbuat dari bahan-bahan yang digunakan
pada masa sebelumnya, yaitu dari batu, tulang binatang, tanduk, dan
kayu. Cara bercocok tanam yang mula-mula dikenal adalah berladang atau
berhuma. Yang ditanam yaitu semacam padi-padian yang tumbuh liar di
mana-mana.
Mereka pun telah mulai memelihara binatang. Sejalan dengan kemampuan
bercocok tanam mereka telah pula berhasil membuat wadah berupa gerabah.
Wadah tersebut dibuat untuk menyimpan persediaan makanan. Kadang-kadang
gerabah itu diberi hiasan. Dari hiasan itu dapat diduga bahwa manusia
pada masa bercocok tanam sudah mengenal tenunan. Banyak pula
gelang-gelang dari batu indah dan manik-manik. Hal tersebut menunjukkan
bahwa manusia bercocok tanam sudah mulai menghias diri. Dalam masyarakat
yang sepenuhnya sudah mencurahkan perhatian pada kegiatan pertanian,
kehidupan mereka semakin teratur dan memiliki banyak waktu luang. Di
sela-sela waktu tanam panen itulah dimanfaatkan untuk
kegiatan lain
yang dapat menunjang kehidupannya, baik itu untuk kepuasan jasmani
maupun rohani. Untuk pemuasan jasmani, misalnya mereka mengadakan
kontak-kontak perdagangan dengan kelompok lain. Sekalipun bentuk
perdagangan pada waktu itu berupa perdagangan barter, namun dalam
perdagangan mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak
dihasilkan di daerah asalnya. Barang-barang dagangan biasanya dibawa
sampai jarak jauh melalui darat, sungai atau lautan. Barang-barang yang
dipertukarkan tidak hanya berupa hasil-hasil pertanian tetapi juga
hasil-hasil industri rumah tangga, seperti
gerabah, perhiasan, ikan
garam, dan hasil-hasil laut lainnya. Adapun untuk pemenuhan kepuasan
rohani dapat kita lihat dari peninggalan-peninggalan yang berupa
hasil-hasil seni, baik itu seni lukis, seni kerajinan, maupun seni
bangunan.
c. Zaman Perundagian
Pada zaman perundagian, kemampuan manusia
dalam kegiatan ekonomi semakin maju. Kegiatan ekonomi makin beraneka
ragam diantaranya pertanian, peternakan, membuat keranjang, membuat
gerabah, bepergian
ke tempat-tempat lain untuk menukar barang-barang
yang tidak dihasilkan di desa tempat tinggalnya. Kegiatan mereka
merupakan permulaan dari kegiatan perdagangan.
Pada masa perundagian,
dalam masyarakat timbul golongan-golongan para ahli dalam mengerjakan
kegiatan tertentu, misalnya ahli mengatur upacara keagamaan, ahli
pertanian, ahli perdagangan dan ahli membuat barangbarang dari logam dan
sebagainya. Pengetahuan dalam berbagai bidang meningkat. Ilmu tentang
perbintangan dan iklim telah dikuasai untuk mengetahui arah angin yang
diperlukan dalam pelayaran dan pengaturan kegiatan-kegiatan dalam
pertanian.
Friday, 16 August 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment